Aku
pernah berkelana menunggang biola,
menuju
sebuah tempat yang tak pernah ada,
berbincang
dengan orang-orang yang tak berbicara,
menyanyikan
lagu-lagu tanpa nada.
Di sini
betul-betul kacau. Aku harus berpikir cepat. Sejak kulihat selang air itu,
segera kuarahkannya pada gedung yang sedang terbakar habis-habisan di depan
muka. Orang-orang berlarian tak karuan. Ada juga yang cuma menonton atau malah merekamnya
di Handphone. Beberapa ikut
memadamkan api. Tidak sampai seperempatnya. Yang menjadi masalah sekarang
adalah, selang ini tak juga keluar airnya. Aku baru paham ketika seseorang
memukul kepalaku dari belakang.
“Sudah kubilang, pijit dulu tombolnya!”
bentak orang itu.
“Tapi aku tidak mendengarmu.”
“Kau memang tidak bisa mendengar,
bodoh!”
Sial! Aku yang berniat baik ini malah dimarahi.
Padahal bisa saja tadi aku meneruskan untuk … ah, lebih baik kuceritakan dari
awal.