Ada seekor kuda nil yang
tinggal di danau LSI deket perpustakaan. Katanya sih hewan itu adalah jelmaan
penunggu danau yang menjaga keasrian tempat tersebut. Ada juga yang bilang
kalau dia itu proyek penelitian Fakultas Kedokteran Hewan yang kabur. Bahkan ada
yang bilang kalau dia udah ada di sana sejak zaman kretasius kedua. Gua gak tau
versi mana yang valid. Satu hal yang pasti, makhluk itu ada. Kuda nil danau LSI
benar-benar ada. Gua pernah betemu dengannya.
Gua pertama kali denger
tentang keberadaan makhluk itu dari tukang jus deket berlin pas lagi ngobrol
basa-basi sama dia. Waktu itu suhu udara lagi panas-panasnya. Tenggorokan gua kering,
sementara duit udah sekak baik yang di dompet maupun yang di kantong celana.
Untungnya, Kang Feri--si tukang jus--berasal dari kampung yang sama dengan gua,
yaitu Kuningan, sehingga gua bisa kasbon dulu alias ngutang.
"Jambu satu, Kang.
Gulanya sedikit aja ya."
"Siap!" jawab
sang Tukang Jus. "Dibungkus, Dek?"
"Enggak usah, langsung
dituang aja ke tangan saya. Ya dibungkus atuh, Kang!" ujar gua sok asik.
"Hahaha! Si Adek bisa
aja. Karena Adek lucu, jusnya saya kasih gratis deh," -- yang barusan ini
cuma khayalan gua doang. Aslinya dia cuma bilang kayak gini,
"Hahaha!" udah.
"Kasbon dulu ya,
Kang!" pinta gua sambil nyengir.
"Heuleuh... Ngutang
lagi ngutang lagi. Ya udah deh. Tapi besok bayar ya."
"Hehehe... Woles Kang.
Makasih banyak nih ya."
Tukang jus pun membuatkan
pesanan gua dengan berat hati (gua tau dari mukanya). Suasananya jadi agak
canggung sekarang. Ini enggak bagus. Gua pun mencoba mencairkan suasana.
"Bulan puasa nanti
mudik enggak, Kang?"
"Enggak, Dek. Paling
pas lebaran aja."
"Kenapa emangnya?"
"Kalau saya pulang,
gak ada pemasukan. Sedangkan pengeluaran mah selalu ada." Duh, kenapa jadi
baper gini jawabannya. "Orang-orang mah banyak yang ke dukun, pada pengen
kaya. Malah ada yang naroh sesajen segala di danau LSI. Saya sih gak percaya
hal-hal yang kayak gitu. Kalau pengen kaya ya kerja," jelasnya panjang
lebar.
"Sebentar, sebentar.
Naroh sesajen di danau LSI? Emangnya mereka pada ngapain?"
"Lho? Adek gak tau? Di
situ kan ada kuda nil."
"Kuda nil?"
"Iya. Katanya sih itu
kuda nil siluman. Kalau saya mah gak percaya. Palingan itu kuda nil biasa,
tempat-tempat di IPB kan banyak yang masih berupa hutan."
"Akang pernah liat
sendiri?"
"Belum. Tapi kalau
denger suaranya pernah."
"Emang kayak gimana
suaranya?"
Si tukang jus pun terdiam
sebentar. Lirik kiri-kanan, terus ngomong dengan setengah berbisik, "kayak
monster."
Sejak itu, gua jadi
tertarik dan pengen tau lebih jauh cerita tentang kuda nil ini. Gua banyak
bertanya ke warga yang tinggal di lingkungan kampus. Dan kerennya, sebagian
besar dari mereka tau mitos ini. Malah sebagian mengaku kalau mereka pernah
melihat langsung makhluk itu. Berikut adalah testimoni mereka.
Dari Bang Kuswa, penjaga
warnet. "Saya sih belum pernah liat. Cuman saya pernah denger dari temen.
Katanya kuda nil ini tinggal di dasar danau. Dia hidup dari memakan ikan-ikan
yang ada di sana."
Dari Bang Samsu, supir
angkot kampus dalam. "Belum pernah liat. Tapi waktu itu saya pernah
mancing di danau LSI. Terus tiba-tiba umpan saya kena. Saya kira itu ikan. Tapi
ternyata tarikannya kuat banget. Saya sampe kelempar, terus nyemplung ke danau.
Untung ada yang nolongin. Kalau enggak, saya mungkin udah abis dimakan sama
dia."
Dari Bi Inah, tukang jamu.
"Oooh... Yang di danau deket perpustakaan itu? Iya, saya pernah liat.
Waktu itu saya sama anak saya motong jalan pulang lewat situ malem-malem.
Pertama saya dengar suara-suara aneh gitu. Saya kan takut. Tapi anak saya
penasaran, terus ngikutin suara itu. Saya berani sumpah, saya liat sama mata
kepala saya sendiri monster itu, Dek. Bentuknya kayak badak. Badannya guedeeee
banget. Serem banget deh pokoknya. Besoknya anak saya langsung demam. Sampe
sekarang aja masih dirawat. Nanti sore saya mau ngejenguk lagi ke RS
Medika."
Mas Maman, tukang baso
keliling. "Warnanya merah gelap, terus ada totol-totolnya warna kuning.
Taringnya gede banget, lebih gede dari taring gajah. Saya pernah liat dia lagi
nguap."
Bu Marni, tukang
gado-gado kantin rektorat. "Saya pernah liat jejaknya. Gede dan dalem
banget. Motor saya kalau dimasukin ke situ kayaknya muat."
Mas Urip, petugas kolam
FPIK. "Beratnya mungkin nyampe 10 ton. Kulitnya bersisik. Dia tidurnya
siang-siang. Dan pas malem dia cuma mau keluar kalau pas bulan purnama aja,
buat ngeringin sisiknya."
Kang Feri, tukang jus.
"Hiih... Saya mah ngebayanginnya aja ngeri. Waktu itu temen saya pernah
ada yang pergi ke sana malem-malem, terus besoknya gak pulang selama seminggu.
Pas pulang, mukanya keliatan syok. Kayak abis ngeliat setan. Eh tau-tau dia
udah gak ngenalin keluarganya lagi. Adek mau bayar utang jus kapan?"
Begitulah, berbekal dari
cerita orang-orang, gua pun tertantang untuk melihat secara langsung makhluk
menakjubkan ini. Dalam misi ini gua gak sendirian. Gua ditemani oleh Faris
(temen sekamar gua) yang dengan senang hati menerima ajakan ini.
"Ris, besok malem jam
10-an temenin gua ya ke danau LSI. Gua mau berburu kuda nil raksasa pemakan
daging yang bisa membuat orang jadi gila hanya dengan melihat matanya aja. Oh
iya, satu lagi. Jangan bilang siapa-siapa. Kita berdua aja yang pergi ke sana.
Kalau banyak orang takutnya hewan ini malu dan gak mau menunjukkan diri."
"Oke!" jawab
Faris singkat.
Kemudian, hari yang
ditunggu-tunggu pun datang. Malam itu bulan purnama. Si Kuda nil pasti lagi asik
berjemur ngeringin sisiknya. Gua dan Faris berangkat dari kosan jam 10 malem.
Gua bawa tas ransel yang isinya dua buah senter besar dan sebuah kamera SLR
buat mengabadikan gambarnya. Sementara si Faris gua suruh bawa dua buah paha
atas ayam Hisana buat umpan nanti.
Kami nyampe di danau jam
setengah 11 malem. Di sini lumayan gelap dan sepi. Hawanya dingin dan mencekam.
Air danau LSI yang berwarna ijo pas siang hari sekarang jadi berwarna hitam.
Sehitam misteri keberadaan monster kuda nil penghuni danau yang meresahkan
warga ini.
Begitu nyampe danau, kami
langsung mengeluarkan peralatan -- senter dan umpan. Seperti biasanya, langit
bogor agak mendung. Bulan purnama jadi gak seluruhnnya muncul. Gua khawatir
misi ini bakal gagal karena si kuda nil gak mau keluar gara-gara bulan purnama
menghilang.
"San, kita beneran mau
berburu monster?" tanya si Faris. Wajahnya pucat dan badannya gemeteran.
Mungkin karena suhu udara di sini yang emang dingin dan dia cuma pake sehelai
jaket.
"Iya, makanya kita
harus cepet. Lu gak mau bangun kesiangan kan pas presentasi sispak besok?"
"Masalahnya sebentar
lagi besok."
Gua melirik jam tangan.
Faris bener. Udah hampir jam 11. Gua gak boleh berlama-lama lagi. Kami pun
segera berkeliling danau. Mulai dari daerah sekitar gazebo, sampe daerah deket
kolam FPIK. Kita berdua menyusuri pinggiran danau yang permukaannya miring itu
sambil bawa-bawa lampu senter. Sorot sana, sorot sini. Faris ngipas-ngipasin
paha ayam pake buku biar hewan itu nyium baunya.
Kami bolak-balik
mengelilingi danau sampe 7 kali, tapi tanda-tanda keberadaan makhluk itu belum
ada. Kami sempet ngeliat sedikit pergerakan di semak-semak, ternyata itu cuma
anjing. Kami juga sempet ngeliat pergerakan yang cukup besar di air, ternyata
itu cuma buaya.
Waktu menunjukkan pukul
00.40, sekarang udah besok, dan belum ada tanda-tanda keberadaan kuda
nil.
"Kampret!" teriak
gua.
Kami memutuskan buat
istirahat sebentar di pinggir danau. Di sini rumputnya tinggi-tinggi dan
pohonnya gede-gede. Gua jadi kepikiran lagi omongan orang-orang. Apa kuda nil
itu cuma karangan mereka aja? Sebenernya hewan itu gak pernah ada?
"San, gua ngantuk.
Pulang yuk!" Faris matanya udah berkantung kayak kangguru. Gua juga sama.
Yah, mungkin salah gua juga terlalu percaya omongan orang-orang. Setelah nunggu
agak lama, akhirnya gua menyerah. Gua pun berdiri dan ngelempar daging ayam ke
danau sama bungkus-bungkusnya, sebagai tanda kekesalan gua.
Tepat sebelum gua pergi,
entah kenapa suasana jadi bener-bener sunyi. Jangkrik sama kodok-kodok pun gak
lagi bersuara. Dan tiba-tiba, gua ngedenger suara aneh kayak orang ngorok. Gua
berhenti melangkah, terus segera mengarahkan lampu senter gua ke segala arah.
Hasilnya gua gak menemukan apapun. Gua ngelirik ke arah Faris, tiba-tiba dia
langsung berkata dengan yakin.
"Gua juga
denger," katanya.
Suara itu kedengeran lagi.
Anehnya, suara itu serasa dekat dari tempat gua. Sekali lagi gua arahin lampu
senter itu ke semua arah. Depan, belakang, samping, ke air, sampe ke
semak-semak. Tapi gua tetep gak ngeliat sedikit pun pergerakan. Saat itu gua
sadar. Ada satu tempat yang belum gua cek. Keringet dingin mengalir di jidat
gua. Pelan-pelan, gua menyorot lampu senter ke arah pohon di atas gua.
Glek! "Lariiiii!!!"
Belum sempet gua bergerak,
monster itu langsung loncat dari pohon ke arah kami berdua. Untungnya kami udah
keburu melancarkan langkah seribu begitu si kuda nil mendarat di tanah.
Bum! Ada bunyi ledakan yang
besar begitu dia menghantam tanah. Astaghfirullah! Astaghfirullah! Gak
henti-hentinya gua nyebut. Hewan itu bener-bener monster. Badannya segede mobil
truk, mungkin lebih gede lagi. Matanya ijo dan bulet kayak gong. Gua dan Faris
lari semampunya. Lampu senter gua buang entah ke mana. Si faris teriak-teriak
kayak orang kesetanan. Tapi suara dia gak bisa ngalahin ngerinya suara monster
yang lagi ngejar-ngejar kami berdua. Gua gak berani ngeliat ke belakang. Gua
cuma lari, lari, dan lari.
Kalau nyemplung ke danau,
gua mati. Kalau naek ke atas pohon, gua juga mati karena kuda nil ini ternyata
bisa manjat. Kami masuk ke dalem celah sempit di bawah jembatan. Si kuda nil
pasti gak akan muat lewat situ. Ternyata gua salah. Dia bisa lewat, dengan
ngehancurin semen yang melapisi jembatan itu. Stelah itu gua lari ke atas
jembatan lewat pintu tralis besi. Setelah kita naek, si Faris langsung nutup
pintu besi itu. Namun lagi-lagi, itu perbuatan yang percuma karena si kuda nil
bisa ngehancurin pintu besi dengan mudah.
Gua udah gak kuat lagi
untuk lari. Kaki gua lemes, sehingga tanpa sengaja gua jatoh di tangga yang
menuju ke perpustakaan. Si Faris udah lari duluan. Udah gak ada harepan. Gua
pasrah. Gua balik badan. Mulut si kuda nil terbuka lebar. Memperlihatkan
taring-taringnya yang terawat. Gua inget orang tua gua, gimana mereka merawat
gua, dan gimana perilaku gua sama mereka. Sungguh hina gua harus mati dengan
cara kayak gini. Tapi, gua udah gak bisa berbuat apa-apa.
Di tengah-tengah
kegelisahan gua, tiba-tiba datanglah bantuan yang gak disangka-sangka. Ada
seekor serigala besar yang menyerang si kuda nil. Kuda nil pun tumbang. Dia berusaha
ngelawan, tapi serigala menghantamkan cakarnya ke muka kuda nil, terus dia
langsung meyeruduk monster itu hingga jatuh ke dalam danau. Kuda nil pun
berhasil dikalahkan dan berenang menjauh.
Serigala itu warnanya
hitam, bulunya lebat. Dia berjalan ke arah gua, terus sedikit demi sedikit
berubah bentuk menjadi seorang laki-laki yang gua kenal.
"Kang Feri, tukang jus
berlin!" teriak gua. Gua betul-betul gak nyangka kalau Kang Feri ternyata
seorang ... maksud gua seekor ... maksud gua dia seorang sekaligus seekor.
Kang Feri pun cuma terseyum
dan berkata, "Jangan lupa bayar utang."
Ternyata banyak hal-hal di
sekitar gua yang gua gak tau. Dan ada hal-hal yang sebaiknya orang gak tau.
Sampai sekarang, misteri tentang asal muasal kuda nil itu aja belum terungkap.
Tapi biarlah hal itu tetap jadi misteri. Menceritakan lagi pengalaman ini
adalah tanggung jawab besar buat gua karena dampaknya pasti bukan main dan akan
ada banyak kontroversi. Gua udah siap.
Setelah kejadian malam itu,
gua gak berani lagi untuk buang sampah ke danau LSI. Lu boleh gak percaya sama
cerita ini. Tapi hasil dari kejadian ini masih ada bekasnya. Lu bisa liat itu
di pintu besi yang mengarah ke bawah jembatan di danau LSI (terakhir gua cek
ternyata udah diperbaikin). Dan kalau itu masih kurang, lu bisa pergi ke bawah
jembatan dan ngeliat kalau ada bagian yang rusak di sana akibat si kuda nil
penjaga danau LSI yang berusaha memakan gua.
Saya setuju dengan agan piki. Saya juga pernah melihat kuda nil tersebut bahkan ia tidak hanya memanjat pohon tetapi TERBANG. Bayangkan saja, gimana perasaan cemburu saya terhadap kuda nil tersebut. Saya kan juga ingin terbang
ReplyDeletecerita tersebut benar adanya, saya pernah melihat kuda nil sedang berjemur dipinggir danau LSI diantara bunga-bunga seperti s**rini
ReplyDeleteSaya pikir saya tahu orang kedua bernama faris dalam cerita ini. Saya kira itu adalah ihsan, teman sekamarnya. Seperti yang Anda tahu, dia mengatakan kepada saya sekali tentang horor ini dan pengalaman menyeramkan bagi saya. Aku hampir tidak percaya sampai saya membaca posting ini.
ReplyDeleteFyi, Saat ini saya jurusan psikologi dan saya pasti bisa mengatakan bahwa sepupu saya sangat ketakutan hanya dengan menceritakan kisah ini kepada saya. Ia mengatakan ia hampir mati. Wajahnya berkeringat seperti curah hujan bahkan kita duduk di 60,8 derajat F.
Itu sebabnya saya percaya sh * t ini adalah nyata, jadi jangan pergi dekat danau itu. mengutuk Anda, dokter hewan !!!
PS Maaf untuk yang buruk Indonesia saya
Ale aleee, jadi ini cerita yang lagi hits hits nya...
ReplyDeleteSilakan disebarluaskan :D
ReplyDeleteGua kira ujung2nya kuda nil itu adalah wujud asli fariz yg sebenarnya
ReplyDelete:0
ReplyDeleteGue kira endingnya ini mimpi gue karena pusing brsok presentasi sispak. Ternyata ini beneran toh?
ReplyDeletelol sangat
ReplyDeleteTukang jus yang mana san yg diutangin?
ReplyDeleteFaris pake 's' ga pake 'z' :D
ReplyDeleteKuda nil ini nyata vroh, doi pernah main dota bareng gw.. :))
ReplyDeletePertamax gan
ReplyDeleteKetjhe San,,
ReplyDeleteSaya setuju dengan saudara Ihsan. Tapi menurut saya analisis persona kuda nil-nya terlalu berlebihan sehingga mengganggu estetika dan keindahan alur cerita. Selain itu, error prevention juga harus diberikan ketika user sudah tidak mengerti sebagian alur cerita. Overall, good job (y)
ReplyDeleteAkhir cerita terlalu dipaksakan. Coba diakhir cerita si Faris berubah menjadi kuda nil jantan kemudian berhasil menjinakkan monster kuda nil yang ternyata betina. Selanjutnya mereka kawin dan kembali ke dasar danau LSI. Kadan-kadang mereka menampakkan diri kalau lagi purnama penuh dengan menari di permukaan seperti artis penari perut. Sekarang mereka hidup bahagia dan menjadi keluarga yg SAMARA serta dikaruniai anak2 yg sholeh dan sholehah. Aamiin.
ReplyDeletesungguh akhir yang bahagia :') terharu...
DeleteTerlalu berlebihan ah ngarangnya... masa kudanil lebih gede dari truk bisa manjat pohon. Terlalu banyak hal yg gk logis gan. Haha
ReplyDelete*terkejut*
ReplyDelete*sangat_terkejut*
ReplyDeletesaya membenarkan keberadaan siluman kuda nil ini, waktu itu saya pernah bermalam di rektorat untuk online, tiba-tiba saya ingin buang air kecil, lalu saya berjalan menuju kamar mandi diatas jembatan danau LSI, saya sendiri didepan urinal sampai saya menyadari bahwa terdapat sosok KUDA NIL KENCING BERDIRI, tetiba saya berpikir kenapa kuda nil tersebut harus naik ke permukaan hanya untuk kencing, lalu kenapa ia tidak kencing di dasar danau saja?, ternyata setelah saya selidiki jenis kelamin dari kuda nil tersebut adalah laki-laki, mungkin dia malu kalau tidak kencing berdiri, tanpa saya sadari ternyata air seni saya mengarah ke muka sang kuda nil, kuda nil pun menghindar lalu menatap muka saya, dan memberikan secarik gulungan kertas, dengan gemetaran saya buka kertas tersebut, saya beranikan diri untuk membacanya.., ternyata isinya 'COBA LAGI', dari situ saya tertantang untuk menargetkan air seni saya ke muka sang kuda nil, tak disangka kuda nil pun menghindar dengan lihai, seperti pepatah 'Sepandai-Pandai Tupai Meloncat, Akan Jatuh Juga', sekitar 42 menit saya berusaha, akhirnya tetesan terakhir mengenai bibir bagian bawah sang kuda nil, kuda nil pun berubah menjadi asap merah...., dan meninggalkan secarik kertas, kertas itu sangat usang..., saya hampir tidak berani membukanya...., setelah dibuka, saya kaget dengan isi kertas tersebut...., 'KOPI KAPAL API 75gr Rp. 8.500,00', ternyata sebuah nota dari swalayan al-amin, hah?.... saya sangat kaget... , sangat tak menyangka, dan hampir tidak percaya dengan apa yang saya baca, bulu kuduk saya berdiri, keringat mengalir deras, sampai mata pun terbelalak, KENAPA HARGANYA 8500 padahal di alfamart Rp.7.800,00 *abaikan
ReplyDeletesakit otak HAHAHAHAHAHAH ngakak gua
DeleteHuahahahhaa, gokil.
ReplyDeleteBener tuh kemaren juga saya waktu balikin buku ke LSI sambil pulangnya ngasih makan ikan, saya liat gelembung2 gede dari dasar danau. Sepertinya itu adalah sang kudanil yg sedang ramai diperbincangkan.
Kasian org2 yg baper kalo dpt info ini.
efek setelah maen dota beginilah jadinya :v
ReplyDeleteWaaaah kang, saya liat emang ada puing2 runtuh gitu di pinggir jembatan LSI oooh itu gara2nya
ReplyDeleteWaaah blog kang ihsan jadi rame
ReplyDeleteWakakakakak ngakak lah :v
ReplyDeletewakakaka aya aya wae
ReplyDeletegw ga percaya ama bagian yg tukang jus jadi serigala. jadi tanya langsung ke tukang jus nya aja deh buat mengklarifikasi benar tidaknya cerita ini.
ReplyDeletekalo ini fiksi, maka cerita ini sangat bagus. tapi kalo ini fakta, knpa gw ama tmen2 baru tau skg ya? ato bisa jadi ini cuman karangan aja? soalnya aku lihat prof fb penulis, bnyk hal2 psikopat disana. dan penulis g bilang kan ini cerita nyata ato fiksi aja. dia cuman bilang kalo g pecaya ini, lihat itu, g pcaya itu lihat ini. nahh. gmna nihh? kita btuh klarifikasi.
ReplyDeleteceritanya fiksi, intinya penulis ingin mengajak warga untuk tidak buang sampah ke danau LSI "Setelah kejadian malam itu, gua gak berani lagi untuk buang sampah ke danau LSI....." kebetulan saya kenal baik dengan penulis ini, dan dia memang hobi membuat cerita-cerita fiksi. namanya aja Iksan Fiksi :D
Deletehahaha. setujuu.
DeleteNgeri sih bacanya aja. Tp kalo emg bener adanya serem juga.
ReplyDeleteKeren euy ceritanya, jadi itu biar kita tdk buang sampah sembarangan ya hihihi
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete