“Sprite
satu, enam ribu rupiah. Ada yang lain, Mbak?” pria di kasir bertanya sambil
tersenyum. Sandra hanya menjawabnya dengan menggeleng ringan seraya
melengkungkan senyum kecil, lalu memberikan selembar uang sepuluh ribuan kepadanya.
“Uangnya
sepuluh ribu ya. Mau pulsanya sekalian?” pria di kasir bertanya lagi, seperti
sebuah robot yang sudah terpogram untuk menanyakan itu setiap kali Sandra
berbelanja di sana. Sama halnya dengan Sandra, yang sepertinya sudah terprogram
untuk selalu menggeleng setiap kali pertanyaan itu dilontarkan.
Wanita
itu mengalihkan pandangan ke arah jendela. Di luar sana sudah gelap. Langit
dipenuhi oleh gumpalan awan berwarna abu-abu yang bergerak cepat. Sobekan
kertas koran beterbangan di jalanan. Sepertinya angin di luar bertiup dengan
cukup kuat.
“Kembaliannya
empat ribu ya, Mbak,” pria di kasir menyadarkan lamunan sesaatnya. Setelah mengambil
kembalian, wanita itu keluar dari toko swalayan tersebut dan berdiri terdiam di
depan sana.
Di
luar, embusan angin lebih terasa memberikan hawa dingin. Rintik-rintik air
berjatuhan membentuk gerimis. Sebuah pemandangan yang normal di kota hujan,
atau lebih tepatnya kabupaten hujan. Karena dia tinggal di daerah Bogor bagian
kabupaten, yaitu Darmaga.
Di
hari sabtu, orang-orang mungkin lebih memilih tidur di dalam rumah, dan
bersembunyi di balik selimutnya yang hangat. Kalau bisa, tentunya Sandra juga
akan memilih hal yang sama. Tetapi mau tidak mau wanita 23 tahun dengan rambut
sebahu itu harus rela keluar dari rumahnya yang nyaman, untuk menemui seorang
pelanggan yang memesannya secara online. Tidak, Sandra tidak bekerja sebagai
PSK online. Tapi dia bekerja sebagai tukang ojek online yang saat ini sedang
booming itu.