Friday, 17 February 2017

GFM Malam Ini

Bulan sabit menggantung rendah di langit bogor yang biru donker. Bentuknnya mirip lengkungan senyum si doi yang manis dan menyenangkan hati. Hal kayak gini jarang terjadi, mungkin peluangnya satu banding lima. Karena waktu-waktu biasanya langit malam selalu mendung, atau hujan deras, atau hitam pekat. Tapi coba lihat, malam ini langit IPB bisa dibilang cukup mempesona.
Gua berjalan di deretan bangku-bangku panjang GFM, mencari spot kosong untuk sekadar wifi-an. Di antara tujuh bangku yang ada, hanya satu yang masih memungkinkan untuk gua tempati, berisi seorang mbak-mbak yang terlihat lagi sibuk mengerjakan tugasnya.
“Boleh gabung?” Pertanyaan standar yang selalu gua katakan untuk memulai internetan di sini.
Si Mbak cuma mengangguk dan tersenyum formalitas. Jawaban yang juga sangat standar.

Monday, 11 April 2016

Skripsian #1

Assalaamu'alaykum, ya Ahli Kampus!

Udah lama rasanya gua gak update lagi di blog ini. Dan sekalinya update, gua akan langsung ngebahas sesuatu yang saat ini sedang ramai-ramainya digarap anak-anak seangkatan gua, yaitu mengerjakan tugas akhir alias "Skripi" (ada juga yang bilang Skripsuit atau Skripsweet atau Skripsheep, atau Skr*pshit, suka-suka lo aja). Sebenernya gua nulis ini karena dulu udah kepalang janji ama temen sebimbingan, yaitu ketika ada progres bakalan langsung gua tulis di blog. Sekalian buat ngingetin juga. Dan karena gua baru ada progresnya sekarang, jadi ya baru gua tulis sekarang. Ngoahahaa...

Oke, langsung aja.

Judul dari tugas akhir gua adalah "Otomasi Terrain Modelling menggunakan Teknik Procedural Generation". Bingung kan lo? Haha.. Masalah judul mungkin bisa gua perbaiki nanti. Intinya yang mau gua kerjakan adalah..., bingung juga gua ngejelasinnya. Mungkin bakalan lebih nyaman kalau gua jelasin sedikit demi sedikit.

Friday, 12 February 2016

Keluarga Mardika [Pilot]

“Sprite satu, enam ribu rupiah. Ada yang lain, Mbak?” pria di kasir bertanya sambil tersenyum. Sandra hanya menjawabnya dengan menggeleng ringan seraya melengkungkan senyum kecil, lalu memberikan selembar uang sepuluh ribuan kepadanya.
“Uangnya sepuluh ribu ya. Mau pulsanya sekalian?” pria di kasir bertanya lagi, seperti sebuah robot yang sudah terpogram untuk menanyakan itu setiap kali Sandra berbelanja di sana. Sama halnya dengan Sandra, yang sepertinya sudah terprogram untuk selalu menggeleng setiap kali pertanyaan itu dilontarkan.
Wanita itu mengalihkan pandangan ke arah jendela. Di luar sana sudah gelap. Langit dipenuhi oleh gumpalan awan berwarna abu-abu yang bergerak cepat. Sobekan kertas koran beterbangan di jalanan. Sepertinya angin di luar bertiup dengan cukup kuat.
“Kembaliannya empat ribu ya, Mbak,” pria di kasir menyadarkan lamunan sesaatnya. Setelah mengambil kembalian, wanita itu keluar dari toko swalayan tersebut dan berdiri terdiam di depan sana.
Di luar, embusan angin lebih terasa memberikan hawa dingin. Rintik-rintik air berjatuhan membentuk gerimis. Sebuah pemandangan yang normal di kota hujan, atau lebih tepatnya kabupaten hujan. Karena dia tinggal di daerah Bogor bagian kabupaten, yaitu Darmaga.
Di hari sabtu, orang-orang mungkin lebih memilih tidur di dalam rumah, dan bersembunyi di balik selimutnya yang hangat. Kalau bisa, tentunya Sandra juga akan memilih hal yang sama. Tetapi mau tidak mau wanita 23 tahun dengan rambut sebahu itu harus rela keluar dari rumahnya yang nyaman, untuk menemui seorang pelanggan yang memesannya secara online. Tidak, Sandra tidak bekerja sebagai PSK online. Tapi dia bekerja sebagai tukang ojek online yang saat ini sedang booming itu.

Sunday, 27 December 2015

Penyihir Ozan

gambar: 123rf.com
Zaman dahulu kala – sebenarnya hanya kemarin, hiduplah seorang laki-laki yang bernama Darmaji. Darmaji tinggal sendirian di rumahnya yang terbuat dari rangkaian ranting pohon yang dia kumpulkan dari hutan. Ketika musim hujan, rumahnya akan kebasahan karena air bisa meresap melalui atap yang terbuat dari daun kelapa. Ketika musim panas, jika sedang kurang beruntung – dan itulah yang biasanya terjadi – rumahnya mengalami kebakaran sehingga dia pun harus membuat rumah yang baru. Hal ini terjadi hampir setiap tahun. Ketika rumah orang lain dipenuhi dengan perabot dan berangkas penyimpan uang, rumah Darmaji hanya dipenuhi oleh kotoran ayam tetangga.
“Hidup memang tidak adil!” keluh Darmaji. “Atau mungkin, Tuhan yang tidak adil?” pikirnya lagi. “Tapi hidup ini kan Tuhan yang mengatur. Aaakh!!! Pusing aku.”

Monday, 9 November 2015

Puzzle: Misteri Umur Mimin



gambar: dreamstime.com

Halo, Rambutanian! Katakanlah ini minggu puzzle. Jadi semua postingan tentang puzzle (lagi kurang inspirasi buat nulis cerita). Namun karena dua puzzle sebelumnya sangat matematis, yang sekarang lebih ke tricky dan harus kreatif. Jadi, harusnya siapapun punya kesempatan buat jawab. Selamat berpikir!

Dua hari yang lalu, Mimin berumur 20 tahun. Tahun depan, Mimin berumur 23 tahun.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? :v

Friday, 6 November 2015

Puzzle: Pembagian yang Seadil-adilnya

gambar: cartoonmovement.com

Halo, Rambutanian! Selamat datang kembali di section Puzzle! Karena puzzle kemarin cukup banyak yang antusias untuk memikirkan (tapi di fb, bukan di sini), saya jadi kepikiran buat ngepost tentang puzzle lagi. Tapi mohon maaf ya, kali ini gak akan sekompleks yang kemarin. Walupun begitu, puzzle kali ini ada pesan moralnya juga lho. Ahaha... Ini saya ambil dari buku matematika saya waktu kelas lima (kalo gak salah terbitan erlangga). Jadi seperti biasa, bagi yang merasa tertantang, silakan jawab di kolom komentar. Selamat berpikir!

Acong dan Bubun berencana memakan roti bersama-sama. Acong memliki 5 roti, dan Bubun memiliki 3 roti. Ketika mereka hendak memakan roti mereka, tiba-tiba saja Charlie datang dan mengatakan bahwa dia juga ingin bergabung untuk makan roti bersama. Namun sayangnya, Charlie tidak punya roti. Akhirnya Acong dan Bubun menggabungkan roti yang mereka miliki, lalu membaginya menjadi 3 bagian yang sama, kemudian mereka bertiga memakannya sampai habis.

Setelah semua roti habis dimakan, sebelum pergi, Charlie memberikan uang sejumlah 8000 rupiah kepada dua temannya. Masalahnya adalah, Acong dan Bubun kebingungan untuk membagi uang tersebut.

Bagaimakah seharusnya uang tersebut dibagi agar menjadi pembagian yang seadil-adilnya? Berapa uang yang harus diterima Acong dan berapa uang yang harus diterima Bubun?

Thursday, 5 November 2015

Puzzle: Monyet dan Kelapa

gambar: 123rf.com

Halo, Rambutanian! Sudah lama juga blog ini enggak update cerita lagi. Daripada dibiarin kosong terus, kali ini saya / gua / ane (terserah) pengen berbagi sebuah teka-teki yang diambil dari mathforum.org. Buat yang merasa tertantang, boleh dicoba dan dibagikan jawabannya di komentar. Selamat berpikir!

Ada lima orang terdampar di sebuah pulau. Untuk bertahan hidup, akhirnya mereka memutuskan mengumpulkan kelapa sebanyak-banyaknya dari pulau tersebut. Suatu hari, mereka melihat ada kapal yang mendekati pulau. Kelima orang itu pun segera mengirim pesan lewat radio agar si kapal menjemput mereka. Lalu kapal itu menjawab,"Ya, kami akan tiba di pulau besok pagi."

Kelima orang itu pun tidur. Namun tak lama, orang pertama terbangun dan berkata, "Aku tidak percaya teman-temanku," maka dia mengambil 1/5 dari kelapa yang ada dan kembali tertidur. Lalu tiba-tiba seekor monyet datang dan mengambil 1 buah kelapa dari sisa kelapa yang ada.

Setelah itu, orang kedua juga terbangun dan berkata, "Aku tidak percaya teman-temanku," maka dia pun mengambil 1/5 dari sisanya dan kembali tertidur. Lalu tiba-tiba seekor monyet lagi-lagi datang dan mengambil 1 buah kelapa.

Pada malam itu, orang ketiga, keempat, dan kelima melakukan hal yang sama, dan seekor monyet selalu datang mengambil 1 buah kelapa setiap orang-orang tersebut selesai mengambil kelapanya.

Pagi harinya, kelima orang itu mencoba untuk membagi rata jumlah kelapa yang tersisa dengan jumlah yang sama setiap orangnya, tetapi ternyata masih tersisa 1 buah kelapa. Akhirnya mereka pun memberikannya kepada sang monyet.

Pertanyaannya, berapa jumlah awal kelapa tersebut?