gambar: veganepicurean.blogspot.com |
Suara berisik terdengar dari arah dapur saat Marni menenggelamkan daging sapi kemasan ke dalam air mendidih. Air mukanya menggambarkan ketidaksabaran. Matanya melotot dan bibirnya melengkungkan senyuman dingin.
"Sebentar lagi kau
akan mati, suamiku tercinta. Kau kira aku tidak tau apa yang kau lakukan dengan
sekretarismu di kantor, hah?" gumamnya diakhiri dengan tawa cekikikan.
Beberapa menit kemudian,
Bejo pulang dengan kondisi basah kuyup karena hujan. Marni menyambut kedatangan
suaminya tersebut dengan kecupan yang tak pernah semanis itu sebelumnya. Bejo
mandi dengan air hangat yang sudah disediakan, kemudian beranjak ke meja makan
bundar dengan semangkuk sup daging sapi tersedia di atasnya.
"Wah, tumben
sekali. Dalam rangka apa nih?" tanya Bejo bersemangat.
"Kamu kan belum
pulang dari kemarin. Selain itu, malam ini hujan lebat. Kamu pasti kedinginan.
Makanya aku buatkan sup hangat ini spesial untukmu," jawab Marni dari
kursi yang bersebrangan.
"Kamu memang wanita
terbaik yang pernah aku temui, istriku!" Bejo tersenyum penuh kasih yang
kemudian dibalas oleh Marni. Lelaki itu mengambil kuah sup dihadapannya
sesendok, meniupnya sedikit, setelah itu menyeruputnya.
"Emmhh ...! Kuahnya
saja seenak ini, apalagi dagingnya." Ujar Bejo senang. Marni tak kalah
senangnya, mengetahui bahwa daging yang sudah kadaluarsa itu akan bersarang di
perut suaminya.
"Akan lebih mudah
membunuhmu saat kau tengah menderita akibat keracunan, lelaki sialan!"
batin Marni.
Bejo melanjutkan makan
malamnya. Diangkatnya mangkuk besar berisi sup panas itu, lalu dilemparkannya
ke arah kepala Marni dengan keras dan mengejutkan. Darah segar pun mengalir
keluar dari retakan di dahi Marni. Tubuhnya yang terhempas di lantai tak mampu
bergerak banyak. Hanya jeritan demi jeritan yang terpental dari mulutnya. Bejo
menghampirinya sambil membawa sebilah pisau dapur di tangan kanannya.
"Kau pikir aku
tidak tahu soal daging kadaluarsa yang kau berikan itu, wanita sialan?"
Bejo berjongkok. Bibirnya ia dekatkan di telinga Marni, kemudian berbisik
kecil, "Asal kau tahu, sekretarisku sudah mati. Mau tahu apa yang
kulakukan padanya? Ini ...." Bejo menancapkan pisaunya tepat pada retakan
di kepala Marni hingga membuat lubang yang lebih dalam. Pisau itu dicabutnya
kembali hingga air mancur darah pun memancar dari lubang itu. Setelah itu, Bejo
mulai mengiris daging dari kaki kiri Marni, lalu memakannya dengan lahap.
"Aku lebih menyukai
daging segar. Hehehe... Mulai sekarang, aku tidak perlu menyembunyikan ini lagi
darimu." Bejo tertawa dengan mulut belepotan darah.
Dilihatnya sekali lagi
mayat itu. Serasa ada yang janggal. Ada luka sayatan di pergelangan tangannya.
Padahal setahu Bejo hanya kepala dan kakinya yang terluka.
"Kekekeke
...." Bejo mendengar suara cekikikan. Suara Marni! "Hahahaha ...."
Tawa kecil itu membesar menjadi terbahak-bahak. Bejo yang menyadari itu
melompat mundur dan terjatuh ke lantai. "Si-siapa kau?" teriaknya.
"Asal kau tahu,
suamiku. Aku sudah mati sejak kemarin. Aku memilih mengakhiri hidup saat kau
pergi bersama wanita itu!" tukas Marni yang berlumuran darah.
"Ja-jadi, dagingmu
...."
"Dagingku sudah
kadaluarsa. Daging tiren. Mati Kemaren!" tambah Marni sambil tertawa
terpingkal-pingkal. Menyaksikan Bejo yang mulai terkejang-kejang dan mengeluarkan
buih dari mulutnya.
==TAMAT==
Hantu berdaging hahahhaa kocak
ReplyDeleteMakasih udah nyempetin baca :D
Deletemakan malam sama siapa mas ihsan?
ReplyDeletesama 'bodo amat' mbak Nuraeni.
Delete