Saturday, 5 April 2014

Makan Malam


gambar: veganepicurean.blogspot.com

Suara berisik terdengar dari arah dapur saat Marni menenggelamkan daging sapi kemasan ke dalam air mendidih. Air mukanya menggambarkan ketidaksabaran. Matanya melotot dan bibirnya melengkungkan senyuman dingin.
"Sebentar lagi kau akan mati, suamiku tercinta. Kau kira aku tidak tau apa yang kau lakukan dengan sekretarismu di kantor, hah?" gumamnya diakhiri dengan tawa cekikikan.
Beberapa menit kemudian, Bejo pulang dengan kondisi basah kuyup karena hujan. Marni menyambut kedatangan suaminya tersebut dengan kecupan yang tak pernah semanis itu sebelumnya. Bejo mandi dengan air hangat yang sudah disediakan, kemudian beranjak ke meja makan bundar dengan semangkuk sup daging sapi tersedia di atasnya.
"Wah, tumben sekali. Dalam rangka apa nih?" tanya Bejo bersemangat.
"Kamu kan belum pulang dari kemarin. Selain itu, malam ini hujan lebat. Kamu pasti kedinginan. Makanya aku buatkan sup hangat ini spesial untukmu," jawab Marni dari kursi yang bersebrangan.
"Kamu memang wanita terbaik yang pernah aku temui, istriku!" Bejo tersenyum penuh kasih yang kemudian dibalas oleh Marni. Lelaki itu mengambil kuah sup dihadapannya sesendok, meniupnya sedikit, setelah itu menyeruputnya.
"Emmhh ...! Kuahnya saja seenak ini, apalagi dagingnya." Ujar Bejo senang. Marni tak kalah senangnya, mengetahui bahwa daging yang sudah kadaluarsa itu akan bersarang di perut suaminya.
"Akan lebih mudah membunuhmu saat kau tengah menderita akibat keracunan, lelaki sialan!" batin Marni.
Bejo melanjutkan makan malamnya. Diangkatnya mangkuk besar berisi sup panas itu, lalu dilemparkannya ke arah kepala Marni dengan keras dan mengejutkan. Darah segar pun mengalir keluar dari retakan di dahi Marni. Tubuhnya yang terhempas di lantai tak mampu bergerak banyak. Hanya jeritan demi jeritan yang terpental dari mulutnya. Bejo menghampirinya sambil membawa sebilah pisau dapur di tangan kanannya.
"Kau pikir aku tidak tahu soal daging kadaluarsa yang kau berikan itu, wanita sialan?" Bejo berjongkok. Bibirnya ia dekatkan di telinga Marni, kemudian berbisik kecil, "Asal kau tahu, sekretarisku sudah mati. Mau tahu apa yang kulakukan padanya? Ini ...." Bejo menancapkan pisaunya tepat pada retakan di kepala Marni hingga membuat lubang yang lebih dalam. Pisau itu dicabutnya kembali hingga air mancur darah pun memancar dari lubang itu. Setelah itu, Bejo mulai mengiris daging dari kaki kiri Marni, lalu memakannya dengan lahap.
"Aku lebih menyukai daging segar. Hehehe... Mulai sekarang, aku tidak perlu menyembunyikan ini lagi darimu." Bejo tertawa dengan mulut belepotan darah.
Dilihatnya sekali lagi mayat itu. Serasa ada yang janggal. Ada luka sayatan di pergelangan tangannya. Padahal setahu Bejo hanya kepala dan kakinya yang terluka.
"Kekekeke ...." Bejo mendengar suara cekikikan. Suara Marni! "Hahahaha ...." Tawa kecil itu membesar menjadi terbahak-bahak. Bejo yang menyadari itu melompat mundur dan terjatuh ke lantai. "Si-siapa kau?" teriaknya.
"Asal kau tahu, suamiku. Aku sudah mati sejak kemarin. Aku memilih mengakhiri hidup saat kau pergi bersama wanita itu!" tukas Marni yang berlumuran darah.
"Ja-jadi, dagingmu ...."
"Dagingku sudah kadaluarsa. Daging tiren. Mati Kemaren!" tambah Marni sambil tertawa terpingkal-pingkal. Menyaksikan Bejo yang mulai terkejang-kejang dan mengeluarkan buih dari mulutnya.
==TAMAT==

4 comments: